Investasi bertujuan untuk menambah jumlah keuntungan, bukan untuk mengalami kerugian. Setelah membaca artikel ini, Anda akan paham 3 kesalahan investasi yang paling sering dilakukan oleh para investor.
Akses untuk melakukan investasi sudah semakin mudah. Banyak sekali tokoh masyarakat yang membagikan kisah kesuksesannya lewat investasi. Tidak heran mengapa investasi menjadi sebuah pilihan yang menggiurkan masyarakat. Jumlah investor pun semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Namun walaupun begitu, masih banyak investor, terutama pemula, yang belum mengetahui hal-hal dasar tentang investasi dengan baik. Alhasil, mereka mengalami pertumbuhan portofolio investasi yang mengecewakan.
Kurangnya pengetahuan dan wawasan dapat membuat seseorang mengambil keputusan yang salah. Satu keputusan yang menyimpang dapat mengakibatkan kerugian.
Supaya Anda tidak melakukan kesalahan investasi dan mengalami kejadian yang sama, yuk bersama-sama mempelajari kesalahan-kesalahan umum yang sering dilakukan oleh para investor.
Kesalahan #1: Tidak punya tujuan dan target investasi yang jelas
Ketika Anda berpikir untuk mulai berinvestasi, Anda pasti memiliki beberapa alasan di balik pemikiran itu. Entah dari pengalaman sukses orang lain, dari berita tentang investasi yang Anda baca di media sosial, atau masih banyak lagi.
Dari alasan-alasan tersebut, Anda sebaiknya mencari tahu dan menggali diri. Tanya pada diri sendiri, mengapa hal tersebut membuat saya ingin mencoba terjun ke dunia investasi? Memangnya, apa tujuan saya? Apa target saya melakukan hal yang berisiko ini?
Jika Anda mendapatkan bahwa Anda tidak punya tujuan dan target yang jelas, Anda belum siap untuk berinvestasi. Tanpa kejelasan dalam dua hal ini, uang Anda berpotensi untuk hilang begitu saja.
Contohnya, bayangkan Anda baru saja bertemu dengan seorang teman lama dan menghabiskan beberapa waktu untuk mengobrol dengannya. Teman yang sudah Anda kenal sejak masa SMA, kini telah menunjukkan perubahan yang signifikan.
Dia memakai tas dengan merek yang mahal, sudah memiliki mobil mewah, dan akhir-akhir ini membayar uang muka untuk rumah barunya di daerah berkelas. Anda pun tergoda untuk bertanya… “Kok bisa kamu seperti ini sekarang?”.
Teman Anda pun menceritakan perjalanan investasinya melalui instrumen deposito, emas, dan saham. Selama dia bercerita, pikiran Anda sudah lari kemana-mana. Anda tidak fokus tentang cerita teman Anda.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, yang ada di pikiran Anda hanyalah investasi. Sambil menyetir mobil, Anda mencuri waktu untuk mencari informasi di internet. “Berapa keuntungan yang diperoleh dari investasi deposito?”. “Prediksi harga emas di 5 tahun mendatang”. “Saham terbaik tahun ini”.
Setelah sampai di rumah dan membaca beberapa artikel investasi, Anda memeriksa saldo rekening, dan memutuskan untuk membeli saham sebuah perusahaan yang reputasinya baik pada saat itu. Tanpa diduga, 3 tahun kemudian perusahaan mengalami kebangkrutan dan Anda jadi rugi besar.
Sadarkah Anda bahwa dalam ilustrasi di atas, Anda tidak memiliki tujuan dan target investasi yang jelas? Tujuan dan target investasi itu lebih dari sekedar ingin untung.
Ketika teman Anda bercerita, Anda hanya fokus kepada hal-hal yang dia sudah raih pada saat itu. Padahal pada kenyataannya, teman Anda melalui berbagai proses pembelajaran selama berinvestasi dan melakukan berbagai macam riset untuk membawanya pada tujuan dan targetnya. Mungkin saja tujuannya untuk mengembangkan usaha, dan targetnya adalah untuk meningkatkan aset dan memenuhi kebutuhan di masa depan.
Jadi, pastikan Anda menetapkan tujuan dan target sebelum mulai investasi, ya. Jangan sampai Anda mau cuan, tapi yang datang malah kerugian.
Kesalahan #2: Tidak melakukan riset terkait instrumen investasi yang dipilih
Riset dapat membantu Anda untuk benar-benar memahami instrumen investasi yang Anda pilih, termasuk risiko yang mengiringinya.
Tidak melakukan riset sebelum dan saat berinvestasi adalah kesalahan besar.
Jika sebelum mulai berinvestasi Anda tidak riset, Anda berpeluang besar untuk memilih instrumen investasi yang salah. Misalnya Anda ingin liburan ke Amerika Serikat di tahun depan, akhirnya Anda memilih produk reksa dana saham karena tergiur dengan imbal balik hasil yang besar.
Nyatanya, dalam satu tahun itu kondisi saham sedang kurang baik, terutama perusahaan yang sahamnya Anda pegang. Anda pun tidak bisa berangkat ke Amerika Serikat dan malahan mengalami kerugian karena portofolio reksa dana saham sedang turun. Padahal sebenarnya jika tujuan Anda adalah untuk liburan, Anda bisa memilih instrumen investasi yang lebih cocok seperti reksa dana pasar uang karena risikonya lebih aman dan rendah.
Sebelum mulai investasi, Anda harus riset tentang tingkat risiko dari masing-masing instrumen investasi, beserta dengan cara kerja, jenis-jenis, dan cara mengoptimalkannya.
Saat sudah mulai berinvestasi pun Anda juga harus secara berkala melakukan riset terkait instrumen investasi pilihan Anda. Misalnya Anda berinvestasi di pasar saham, maka lakukanlah riset terhadap data perusahaan, perencanaan bisnis perusahaan dalam beberapa waktu ke depan, hingga tingkat pasarnya.
Dengan rutin mencari tahu lebih dalam tentang di mana Anda menginvestasikan uang, Anda akan mampu menganalisis kinerja instrumen investasi yang Anda pilih, yang akhirnya membuat Anda terhindar dari keputusan menyimpang.
Kesalahan #3: Tidak melakukan diversifikasi investasi
Jangan letakkan semua telur yang kita punya dalam satu keranjang saja! Jika sewaktu-waktu salah satu keranjang jatuh dan telur di dalamnya pecah, masih ada beberapa telur di keranjang lainnya.
Pegang pepatah di atas selama Anda berinvestasi. Rasa optimis Anda terhadap kinerja portofolio investasi memanglah wajar dan penting, tapi Anda juga harus ingat bahwa instrumen itu tetap memiliki risiko.
Ketika Anda memutuskan untuk menginvestasikan semua uang Anda pada satu produk investasi saja, Anda akan langsung rugi habis-habisan jika kinerja produk itu kurang baik. Sehingga, sangatlah penting untuk Anda mengalokasikan uang ke berbagai macam produk investasi. Konsep ini disebut diversifikasi investasi.
Misalnya, Anda memiliki portofolio di produk reksa dana saham. Karena nilai reksa dana ini bersifat sangat fluktuatif, Anda memilih untuk meminimalisir kerugian dengan cara meletakkan sebagian dari portofolio Anda ke reksa dana pendapatan tetap karena risikonya lebih rendah.
Tentunya, strategi diversifikasi portofolio investasi setiap orang bisa berbeda-beda karena disesuaikan dengan kebutuhan, tujuan, dan target masing-masing. Berikut beberapa tips tambahan yang dapat Anda terapkan dalam melakukan diversifikasi.
1 – Kenali profil risiko investasi
Dalam dunia investasi, terdapat istilah profil risiko (risk profile). Risk profile merupakan evaluasi tentang kemampuan dan kesediaan seseorang untuk mengambil risiko. Jika Anda mengetahui profil risiko, Anda dapat menentukan instrumen dan kombinasi investasi yang sesuai dengan kondisi serta portofolio Anda.
Inilah 3 jenis risk profile seorang investor
- Konservatif atau Risiko Rendah
Jenis konservatif umumnya digunakan oleh investor yang menyukai investasi aman dan stabil, serta kurang berfokus pada pertumbuhan modal. Jika Anda adalah seorang investor yang konservatif, maka instrumen yang cocok adalah yang nilai tumbuhnya tidak terlalu fluktuatif, misalnya reksa dana pasar uang.
- Moderat atau Risiko Sedang
Jenis moderat cocok bagi investor yang memiliki tujuan finansial jangka menengah, dan yang siap menghadapi volatilitas selama masih dalam batasan yang manusiawi. Jika Anda merupakan seorang investor yang moderat, maka instrumen yang cocok adalah reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap.
- Agresif atau Risiko Tinggi
Jenis agresif bisa dilakukan oleh investor yang sangat siap untuk mengekspos portofolio mereka pada risiko yang lebih besar, guna mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Jenis investor ini umumnya sudah terbiasa dengan fluktuasi harga pasar modal. Profil ini cocok untuk instrumen investasi seperti saham atau aset kripto.
Nah, Anda termasuk jenis investor yang mana? Mengenal profil risiko investasi Anda dapat membantu Anda dalam melakukan diversifikasi. Contohnya saja, jika Anda punya profil risiko yang rendah, maka Anda bisa melakukan diversifikasi investasi dengan cara memperbanyak porsi investasi di produk yang berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang.
2 – Perhatikan tujuan dan jangka waktu investasi, lalu kombinasikan dengan profil risiko
Apa tujuan Anda berinvestasi? Apakah tujuan tersebut bersifat jangka panjang atau jangka pendek? Jika sudah menjawab pertanyaan ini, kombinasikan dengan profil risiko untuk memaksimalkan strategi diversifikasi investasi Anda.
Jika jangka waktu Anda berinvestasi untuk mencapai suatu tujuan keuangan tertentu masih cukup panjang risiko profil Anda adalah agresif, maka Anda bisa memperbanyak porsi investasi di dalam instrumen saham, misalnya. Tetapi walaupun begitu, Anda tetap perlu mempersiapkan dana darurat dengan cara berinvestasi dalam produk investasi yang risikonya rendah dan uangnya mudah dicairkan.
3 – Tentukan alokasi uang sesuai dengan target keuangan
Tips berikutnya adalah menentukan target keuangan yang ingin Anda capai. Setelah itu, tentukan kapan Anda harus sudah mencapai target itu.
Setelah Anda menentukan dua hal tersebut, Anda akan lebih mudah untuk mengatur alokasi diversifikasi investasi. Contohnya, Anda memiliki 3 target keuangan yaitu untuk membelikan anak handphone baru seharga 6 juta di pertengahan tahun 2022, untuk mengadakan pesta ulang tahun anak besar-besaran dalam 3 tahun ke depan dengan budget 150 juta, kemudian untuk membeli mobil dalam 5 tahun ke depan seharga kurang lebih 250 juta.
Tujuan-tujuan Anda punya jangka waktu investasi yang berbeda. Berdasarkan tujuan dan jangka waktu itu, Anda bisa menempatkan porsi investasi yang lebih besar pada tujuan jangka pendek terlebih dulu, selagi berinvestasi pada produk lainnya.
Misalnya untuk membelikan handphone anak, Anda mengalokasikan uang ke reksa dana pasar uang. Anda memilihnya karena tahu bahwa produk tersebut cocok untuk tujuan investasi jangka pendek.
Di sisi lain, Anda dapat berinvestasi juga ke reksa dana pendapatan tetap untuk mulai mempersiapkan pesta ulang tahun anak Anda 3 tahun lagi. Anda juga bisa secara rutin menyisihkan sebagian uang untuk investasi melalui emas. Kedua instrumen ini merupakan contoh instrumen investasi yang cocok untuk tujuan investasi 2 sampai 5 tahun.
Nah untuk menabung membeli mobil, Anda dapat mengalokasikan dana ke reksa dana saham karena cocok untuk tujuan investasi jangka panjang mulai dari 5 sampai 10 tahun.
Dengan begitu, tujuan dan target Anda akhirnya dapat tercapai satu per satu. Anda juga bisa menggunakan bantuan aplikasi pencatatan keuangan seperti Xettle, Sribuu, atau lainnya, agar dapat terus memantau pemasukan dan pengeluaran sehingga investasi terus terkontrol dan berjalan lancar.
KESIMPULAN
Investasi dapat dijadikan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan. Namun, dalam menjalankannya tentu diperlukan pengetahuan dan wawasan yang cukup supaya dapat terhindar dari risiko kerugian. Untuk itu, Anda dapat mewaspadai dan menghindari 3 kesalahan investasi yang paling sering dilakukan para investor di atas sehingga akhirnya Anda dapat memperoleh keuntungan investasi dengan maksimal.
Baca juga: